OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA ALAM KLATEN

OBYEK WISATA BUATAN KAB KLATEN WISATA ZIARAH DI KABUPATEN KLATEN

BIODATA

Selamat Datang di Website :
Drs LUGTYASTYONO BUDINUGROHO M.Pd
Kepala SMA N 1 Wedi Kab Klaten
Email :
lugtyastyonobd4@gmail.com

Jumat, 12 Februari 2010

PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KLATEN



OLEH :
DRS LUGTYASTYONO BN M.Pd
SEKRETARIS DISBUDPARPORA KLATEN

PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN
DINAS KEBUDAYAAN PARIWISATA DAN PEMUDA OLAH RAGA


1. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

2. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.

3. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.

4. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha.

1.
1.

PARIWISATA MENCIPTAKAN DAMPAK EKONOMI MULTI GANDA PARIWISATA :
yang memberi peluang bagi tumbuhnya Usaha dan peran masyarakat lokal Dalam sektor Kepariwisataan :
  1. Dampak langsung
  2. Dampak tak langsung
  3. Dampak ikutan

1. Dampak langsung :

Hotel, Restoran, Perusahaan angkutan / Airline , Galleri, art shop, Jasa keuangan

2. Dampak tak langsung :

Karyawan Hotel, Restoran, Sopir angkutan um,um , Pengrajin cindera mata Pompa bensin penjual sayuran , buah dan makanan seniman, iklan / percetakan

3. Dampak ikutan :

Petani sayuran, bunga dan buah, Peternakayam, ikan dan sapi, Penghasil bahan baku kerajinan Sektor agrobisnis

SADAR WISATA

Sadar Wisata adalah Terciptanya suatu kondisi kepariwisataan di Indonesia yang diinginkan ditengah-tengah masyarakat melalui penerapan unsur-unsur sapta pesona secara konsekuen dan konsisten atas dasar kesadaran yang tumbuh dari dalam sendiri

Contoh : – Ilustrasi “ Pohon Pariwisata “


Kalau kita menanam pohon Mangga , Banyak hal yang harus diperhatikan untuk merawat tanaman Mangga ini . Merawat tanaman tak hanya cukup memberi air dan pupuk supaya tanaman tumbuh subur dan sehat, tetapi juga memperhatikan jenis tanaman, kondisi tanah, iklim dan penyakit yang kemungkinan dapat menyerang sehingga juga perlu disemprot agar tak terkena haman.

Apabila Pariwisata hendak kita gambarkan seperti pohon Mangga tersebut maka sadar wisata dapat kita gambarkan bagian bawah yaitu bagian akarnya

jadi kesimpulannya bahwa kedudukan Sadar Wisata pada bagian bawah yaitu bagian akarnya, akan menjadi pondasi ( penjyangga ) yang kuat sehingga akan tumbuh subur dan kuat

SAPTA PESONA

sapta pesona adalah kondisi yang harus diwujudkan dalam rangka menarik minat wisatawan berkunjung ke suatu daerah atau negara kita, agar wisatawan memperpanjang masa tinggal (length of stay) disuatu daerah serta memperoleh kepuasan atas kunjungannya.

Sapta pesona terdiri dari tujuh unsur yaitu :

  1. AMAN,
  2. TERTIB,
  3. BERSIH,
  4. SEJUK,
  5. INDAH,
  6. RAMAH, DAN
  7. KENANGAN
1.AMAN

Wisatawan akan senang berkunjung dan tinggal di suatu tempat apabila mereka merasa aman,tentram tidak takut baik bagi dirinya maupun harta bendanya, yaitu :

  • Bebas dari kejahatan, pencopetan, pemerasan, penodongan selama berada ditempat objek wisata dan tempat – tempat lainya.

  • Terserang penyakit menular dan penyakit lainnya

  • Bebas dari kecelakaan yang disebabkan alat perlengkapan dan fasilitas yang diperlukan kurang baik.

  • Bebas dari gangguan masyarakat, seperti pemaksaan oleh pedagang asongan, tangan jahil, ucapan dan perilaku yang tidak bersahabat di tempat – tempat rekreasi atau objek wisata.
2. TERTIB

Kondisi yang tertib adalah sesuatu yang sangat didambakan oleh setiap orang, termasuk wisatawan yang tercermin dari suasana yang teratur, rapi, adanya disiplin yang tinggi seperti :

  • Lalu lintas tertib, teratur dan lancar, alat transportasi tepat waktu

  • Jam masuk kerja karyawan baik karyawan di hotel – hotel, biro perjalanan, karyawan di objek wisata selalu tepat waktu.

  • Tata letak bangunan, lalu lintas daan sarana transportasi lainnya serta taman kota yang tertata rapi, sesuai dengan aturan yang berlaku

  • Pelayanan dilakukan secara baik dan tepat.

  • Informasi yang benar dan tidak membinggungkan

3. BERSIH

Bersih adalah sesuatu keadaan / kondisi lingkungan dan suasana yang menampilkan kebersihan dan kesehatan di semua tempat yang menjadi kegiatan manusia baik ditempat umum maupun di daerah-daerah tempat tujuan,

seperti:

  • Lingkungan yang bersih di objek-objek wisata, hotel-hotel, restoran dan sarana angkutan bersih dari sampah, kotoran, coret-coret, asap knalpot mobil dan lain-lain.

  • Makanan dan minuman yang akan dikonsumsi bersih dan sehat, didukung WC/Toilet yang higienis serta suasana lingkungan yang nyaman dan tertata apik.

  • Penggunaan dan penyediaan alat perlengkapan yang bersih seperti sendok,garpu, piring, tempat tidur alat olah raga dan sebagainya

  • Pakaian dan penampilan petugas bersih rapi dan tidak mengeluarkan bau yang tidak sedap dan lain sebagainya

4. SEJUK

Sejuk adalah suatu keadaan/kondisi yang menampilkan lingkungan dan suasana yang sejuk, nyaman dan tenteram karena lingkungan yang serba hijau, segar dan asri. Kesejukan yang dikehendaki tidak saja harus berada di luar ruangan atau bangunan, akan tetapi di dalam ruangan kerja, lobby, kamar-kamar hotel, ruangan kantor biro-biro perjalanan dan sebagainya.

  • Turut aktif memelihara keindahan pepohonan dilingkungan, serta hasil penghijauan yang telah dilaksanakan oleh masyarakat atau pemerintah.

  • Mengisi ruangan kerja, kamar-kamar dengan berbagai penghijauan/bunga-bungaan yang alami.

  • Berperan aktif dalam melaksanakan misalnya melakukan penanaman pohon dilingkungan objek wisata, halaman hotel-hotel, rumah makan, pertokoan dan perkantoran serta rumah-rumah tempat tinggal.

  • Membentuk perkumpulan yang tujuannya memelihara kelestarian lingkungan

5. INDAH

Keadaan/suasana yang menampilkan lingkungan yang menunjukkan keserasian dan keselarasan suatu lingkungan seperti tata warna, tata letak, tata bentuk ruang, gaya, gerak serasi dan selaras di objek wisata serta akomodasi sehingga memberi yang enak dan cantik untuk dilihat dan nuansa indah yang memenuhi nilai-nilai estetika.

6. RAMAH

Ramah adalah suatu sikap dan perilaku seseorang yang menunjukkan keakraban, sopan dan senang membantu. Suka tersenyum Ramah tamah sebagaimana yang dimaksud merupakan watak dan budaya Indonesia yang selalu menghormati tamunya dan dapat menjadi tuan rumah yang baik. Sikap ramah-tamah ini menjadi salah satu hal yang sangat menarik bagi wisatawan. Sebagai contoh sikap ramah-tamah yang diharapkan wisatawan baik di hotel maupun di objek-objek wisata dan pusat-pusat perbelanjaan, yaitu sikap ramah petugas atau karyawan dalam memberikan pelayanan kepada wisatawan.

7. KENANGAN

Kenangan adalah suatu kesan yang melekat kuat pada ingatan dan perasaan seseorang yang disebabkan oleh pengalaman yang diperolehnya. Kenangan yang ingin diwujudkan dalam ingatan wisatawan adalah kenangan indah dan menyenangkan dalam berwisata pada akhirnya akan berkesan dan ingin mengunjungi tempat wisata tersebut dilain waktu

antara lain:

  • Akomodasi yang nyaman, bersih, sehat, pelayanan yang cepat, tepat dan bersih. Suasana yang mencerminkan ciri khas daerah dalam bentuk dan gaya bangunan, suasana dan dekorasinya.

  • Atraksi seni dan budaya yang khas dan mempesona, baik itu berupa seni tari, seni suara dan berbagai macam upacara

  • Makanan dan minuman khas daerah yang lezat dan nikmat dengan penampilan dan penyajian yang menarik sebagai oleh-oleh bagi wisatawan yang berkunjung dan dan dapat dijadikan jati diri ( identitas ) bangsa.

  • Tersedianya berbagai souvenir ( cinderamata ) yang bagus dan menarik hasil kerajinan masyarakat setempat ( khas ) yang mudah dibawa dan dengan harga yang terjangkau, mempunyai arti tersendiri dan dapat dijadikan bukti atau kenangan


WISATA UPACARA TRADISIONAL DI KAB KLATEN

WISATA UPACARA TRADISIONAL DI KLATEN

1.Apem Yaaqowiyuu di Jatinom

Perayaan Yaaqowiyuu di Jatinom, Klaten, banyak dikunjungi puluhan ribu wisatawan lokal dan mancanegara. Mereka berkumpul di lapangan dekat Masjid Besar Jatinom, menunggu acara sebar kue apem yang dilakukan setelah selesai salat Jumat. Untuk tahun ini sebanyak 5 ton kue apem yang diperebutkan para pengunjung.

Menurut kepercayaan orang banyak, apem yaaqowiyuu yang artinya Tuhan mohon kekuatan itu bisa untuk tumbal, tolak bala, atau syarat untuk berbagai tujuan. Bagi petani, bisa untuk tumbal sawah agar tanaman selamat dari segala bencana dan hama penyakit.

Bahkan, ada yang percaya siapa yang mendapat banyak apem pada perebutan itu sebagai tanda akan memperoleh rezeki melimpah. Saking percaya hal itu ada yang kaul (nadar) menggelar wayang kulit, atau pertunjukan tradisional yang lain.

Maka, tak heran jika pada puncak acara peringatan yaaqowiyuu ini pengunjung melimpah yang datang dari berbagai daerah di Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur. Acara tradisi budaya tersebut digelar untuk mengenang jasa Ki Ageng Gribig, tokoh ulama penyebar agama Islam di Jawa, yang menetap dan meninggal di Jatinom.

Asal muasal kue apem itu dari Mekah yang dibawa Ki Ageng Gribig untuk oleh-oleh anak cucunya. Karena tidak cukup, maka Nyi Ageng Gribig membuat apem lagi sekaligus untuk dibagikan kepada penduduk Jatinom. Sejak itu orang daerah ini ikutan membuat apem untuk selamatan. Perayaan yaqowiyu di Jatinom, diharapkan menjadi salah satu objek wisata menarik di Klaten.

Upacara ini mulai pertama kali berbentuk majelis pengajian yang dikunjungi oleh umat Islam dan masyarakat sekeliling Jatinom. Upacara ini diselenggarakan setiap tahun sekali pada hari Jumat pertengahan bulan Sapar. Adanya Upacara ini dinamakan Yaqowiyu diambil dari doa Kyai Ageng Gribig sebagai penutup pengajian yang berbunyi : Ya qowiyu Yaa Assis qowina wal muslimin, Ya qowiyyu warsuqna wal muslimin, yang artinya : Ya Tuhan berikanlah kekuatan kepada kita segenap kaum muslimin, doa tamu itu dihormati dengan hidangan kue roti, dan ternyata hidangannya kurang, sedang tamunya masih banyak yang belum menerimanya.

Nyai Ageng segera membuat kue apem yang masih dalam keadaan hangat untuk dihidangkan kepada para tamu undangan tersebut. Majelis pengajian ini sampai sekarang setiap tahunnya masih berjalan, yang dilakukan pada malam Jumat dan menjelang sholat Jumat pada pertengahan bulan Sapar, setiap tahunnya Doa Kyai Ageng Gribig itu dibacakan dihadapan hadirin, para pengunjung kemudian menyebutkan Majelis Pengajian itu dengan sebutan nama : ONGKOWIYU yang dimaksudkan JONGKO WAHYU atau mencari wahyu. Kemudian oleh anak turunnya istilah ini dikembalikan pada aslinya yaiut YAQOWIYU.

Sedanng di lokasi ini terdapat juga peninggalan Kyai Ageng Gribig berupa : gua Belan, Sendang Suran, Sendang Plampeyan dan Oro oro Tarwiyah. Disamping itu masih ada satu peninggalan yaitu Masjid Alit atau Masjid Tiban. Perlu kiranya ditambahkan disini bahwa sepulangnya Kyai Ageng Gribig dari Mekah tidak hanya membawa apem saja tetapi juga membawa segenggam tanah dari Oro oro Arofah dan tanah ini ditanamkan di Oro oro Tarwiyah. Adapun Oro oro ini disebut Tarwiyah karena tanah dari Mekah yang ditanam Kyai Ageng Gribig yang berasal dari Padang Arofah ketika beliau sedang mengumpulkan air untuk bekal untuk bekal wukuf di Arofah pada tanggal 8 bulan Dzulhijah. Dari tanggal 8 Dzulhijah ini dinamakan Yaumul Tarwiyah yang artinya pada tanggal itu para jamaah Haji mengumpulkan air sebanyak banyaknya untuk bekal wukuf di Arofah

Tahun ini peringatan tersebut berlangsung hari Kamis (28 Januari 2010) kemarin. Rangkaian acaranya diawali gunungan apem tersebut diarak rombongan orang dari halaman Kantor Kecamatan Jatinom, dengan rute jalan protokol menuju Masjid Alit hingga Masjid Gedhe yang menjadi tempat dimakamkannya Ki Ageng Gribig. Jalur Kirab Gunungan Apem tahun ini lebih panjang daripada jalur tahun sebelumnya. Pada tahun-tahun sebelumnya, Gunungan Apem melintasi Balaikelurahan Jatinom, akan tetapi pada tahun ini kirab, melintasi jalan protokol. Rombongan terdiri atas grup drum band dari SMPN 1 Jatinom, grup reog, jajaran pejabat Pemkab Klaten yang terdiri atas perwakilan dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) serta sejumlah camat yang berpakaian jawa.Sebelum sampai di Masjid Gedhe, kedua gunungan apem mampir sebentar di Masjid Alit. Di masjid ini, rombongan disambut H Sukamto, salah seorang pengurus masjid.

Di masjid ini pula, dibacakan doa yang dipimpin langsung H Sukamto. Dalam doanya, dia berharap Kirab Gunungan Apem membawa berkah bagi semua warga di Jatinom.

Sesampainya di Masjid Gedhe, kegiatan penyerahan gunungan apem kepada keturunan ki Ageng Gribig, keluarga Murtadho Purnomo dilakukan. Penyerahan apem diwakili oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Klaten, Bapak Drs H Indarwanto MM kepada keluarga Murtadho Purnomo. Di masjid inilah, dua buah gunungan itu beristirahat selama semalam.

dengan nyekar ke makam Ki Ageng Gribig dan dilanjutkan dengan pengajian di Masjid Gedhe peninggalan sang kyai pada hari Kamis sebelumnya. Puncak acara dimulai dengan shalat Jumat bersama di Masjid Gedhe. Selesai jumatan, gunungan lanang,dikenal dengan nama Ki Kiyat, dan gunungan wadon, dikenal dengan nama Nyi Kiyat, yang telah disemayamkan semalam di dekat masjid, diarak menuruni tangga menuju panggung di lapangan Sendang Plampeyan (tanah lapang di pinggir Kali Soka, di selatan masjid dan makam Ki Ageng Gribig).

Arak-arakan terdiri dari peraga Ki Ageng Gribig, Bapak Bupati H Sunarno SE M.Hum, Muspida, kedua gunungan, putri domas, dan para pengawal. Kemudian peraga Ki Ageng Gribig memimpin doa bersama. Selanjutnya, dia menyerahkan apem yang ditempatkan dalam panjang ilang (keranjang terbuat dari janur) kepada Bupati Klaten. Bupati mengawali upacara penyebaran dengan melempar apem dalam panjang ilang kepada pengunjung. Kemudian, petugas penyebar yang berada di dua menara segera mengikutinya dengan melemparkan ribuan apem. Ribuan pengunjung pun tanpa dikomando berebut apem, bahkan sampai terinjak kakinya atau bertabrakan gara-gara ingin menangkap apem. Suasana rebutan apem benar-benar meriah. Dalam waktu singkat 4 ton apem sumbangan dari para warga sekitar habis tak tersisa.

Group Drum Band SMP N 1 Jatinom yang ikut Perayaan Yaaqowiyu


Grup reog yang ikut memeriahkan perayaan Yaaqowiyuu

Jajaran pejabat Pemkab Klaten yang terdiri atas perwakilan SKPD serta sejumlah camat yang berpakaian jawa

Penyerahan apem diwakili oleh Bapak Drs H Indarwanto M.M ( Sekda Klaten) kepada keluarga Murtadho Purnomo.

Sambutan Bapak Bupati H Sunarno SE M.Hum pada Perayaan Yaaqowiyuu

Bapak Bupati H Sunarno SE M.Hum pada Perayaan Yaaqowiyuu Nyekar di makam Ki Ageng Gribig

Bapak Bupati H Sunarno SE M.Hum mengawali upacara penyebaran dengan melempar apem dalam panjang ilang kepada pengunjung

2. Upacara Tradisional Tanjungsari

Asal usul upacara tradisional Tanjungsari. Alkisah pada waktu pecahnya kerajaan Majapahit ada 2 (dua) orang putri kerajaan yang bernama : Roro Tanjungsari dan Roro Payung Gilap yang lolos dari kerajaan dan kesasar sampai di sebuah desa yang masih berupa hutan. Karena kesedian dua putri tersebut yang menangis terus menerus dan tidak makan dan minum lalu kedua putri tersebut hilang bersama raganya (muksa). Dengan hilangnya kedua putri di tempat itu timbullah pohon Dlimo, sedang buahnya setelah masak seperti emas maka Desa tersebut diberi nama Dlimas.
Masyarakat di Desa Dlimas pada waktu itu hidup serba kekurangan dan dapat diibaratkan bisa makan sehari dan tidak makan tiga hari. Pada suatu hari ada salah satu penduduk yang mendapat ilham agar kehidupannya menjadi baik agar supaya pohon Delia tersebut dirawat (diperlihara). Alkisah setelah pohon tersebut dipelihara dengan baik ternyata kehidupan masyarakat di Desa Dlimas menjadi baik, dan setelah pohon Delia itu mati ditempat tersebut ditanami pohon Tanjungsari dan Payung Gilap. Dengan perubahan nasib / kehidupan masyarakat Desa Dlimas dari serba kekurangan menjadi serba kelebihan timbullah kepercayaan bahwa pada tiap tiap bulan Syura yang jatuh pada hari Jumat Wage mengadakan upacara selamatan dan tayuban dan dilakukan setelah sholat Jum’at dengan cara para penduduk membawa hidangan / ambeng dibawa di suatu tempat di bawah pohon tanjung. Setelah upacara selamatan dilanjutkan dengan upacara tayuban / janggrungan.
Upacara ini diberi nama Tanjungsari / Tanjungsaren karena dilakukan di bawah pohon Tanjung. Sedang upacara Tayuban (Janggrungan) diakukan karena kedua putri tersebut pada waktu di Kraton kesenangannya menari srimpi, Tari Tayub di Dlimas ini sangat berlainan karena sifatnya upacara suci, penari ini dilakukan putra dan putri mula mula suami istri, perkembangan sekarang pada waktu upacara di istri tidak datang lagi mengingat ri rumah banyak tamu yang datang. Upacara tersebut diteruskan malam malam berikutnya dengan pertunjukan ketoprak, wayang orang, wayang kulit dan lain lain. Banyak masyarakat dari daerah lain yang berdatangan untuk berjualan, mendirikan stand kerajinan, permainan anak anak dan lain lain sehingga terwujud suatu pasar malam yang berlangsung beberapa hari. Upacara tradisional Tanjungsari terus berkembang dan pengunjungnya bertambah banyak. Upacara ini sudah menjadi kepercayaan para penduduk Dlimas, mereka yang bekerja di luar kota Klaten pun berusaha untuk datang / pulang untuk mengikuti upacara tersebut.
 
3. Upacara Tradisional Bersih Sendang,
 
Dahulu kala ada Kadipaten yang pusat Pemerintahannya sebelah barat berbatasan dengan Kadipaten Gunung Merapi dan sebelah timurnya berbatasan dengan Kadipaten Gunung Lawu, Kadipaten ini dipegang oleh Adipati Ki Singodrono dengan Patihnya Ki Eropoko, semua bijaksana, tekun menggeluti ilmu kebatinan dan kamuksan.
Ki Eropoko mempunyai putri yang bernama Mas Ajeng Lulud yang canti parasnya dan menyukai segala tari tarian dan karawitan, pimpinan wadyobolo di Kadipaten tersebut menjadi bawahannya Nyi Roro Kidul dan setiap tahunnya di Kadipaten Gunung Merapi menyerahkan pisungsung manusia, sedang di Kadipaten Gunung Lawu berwujud Hewan.
Ki Singodrono dan Ki Eropoko tidak setuju dengan korban manusia, maka menyebabkan muksa, Ki Singodrono muksa di Sendang Barat dan Ki Eropoko muksa di Sendang Timur, pada suatu hari ada seorang petani, karena lelahnya mengerjakan sawahnya pada saat dia layap layap setengah tidur (layap layap mendengar suara : He Ki Petani agar hasil sawahmu banyak / melimpah dan cukup untuk hidup sekeluarga dan dapat sejahtera, nanti setelah panen hendaknya kamu mengadakan sesaji di Sendang ini yang berujud nasi tumpeng dengan memotong kambing lalu di masak dengan bumbu becek dan minumannya dawet lalu dipisung pisungkan kepada Nyi Roro Kidul seperti Kadipaten Gunung Lawu, maka sehabis panen tepatnya pada waktu hari Jumat Wage lalu mengadakan sesaji seperti apa yang telah ia dengar.
Lalu tradisi ini berjalan turun temurun dimulai pada saat petani tadi bermimpi untuk mengadakan syukuran sesuai cerita yang berkembang dan telah diyakini oleh masyarakat, menjadi suatu adat kepercayaan masyarakat desa Pokak Kecamatan Ceper. Dan pada perkembangannya bukan dari Desa Pokak saja namun masyarakat umumnyapun ikut dalam kegiatan bersih sendang dimaksud.
Masyarakat Desa Pokak merayakan ritual bersih sendang sebagai ungkapan rasa syukur atas semua reeki yang telah dilimpahkan dengan diwujudkan dengan pesta sesaji dalam bentuk nasi tumpeng dan minuman dawet dengan memotong kambing sebagai persembahan.
Pemotongan kambing dilakukan dibawah pohon karet yang umurnya telah ratusan tahun dan memakai alas pelataran akar pohon, sesuatu yang diluar jangkauan akal manusia dan seakan tidak wajar bahwa darah yang keluar dan mengucur di pelataran akar karet tersebut seakan hilang dan tidak berbekas, lenyap begitu saja. Padahal kambing yang dipotong tidak kurang dari 100 ekor kambing dan berjenis kelamin laki laki. Dan pada malam sebelum pemotongan diadakan tahlil di pelataran kanan kiri sendang.

 
4. Upacara Tradisional Jadongan Ruwah,

Upacara tradisional Jodongan / Ruwahan tepatnya pada hari Jumat Kliwon tanggal 27 Ruwah di Paseban Bayat. Hal ini terjadi karena masyarakat khususnya di Bayat tidak dapat melupakan jasa jasa Kyai Ageng Pandanaran yang telah ikhlas meninggalkan jabatan dan harta kekayaan, semata mata untuk mencari kebahagiaan dan kesempurnaan di akherat.
Beliau diangkat menjadi wali pada hari Jumat Kliwon tanggal 27 Ruwah setelah menjadi wali penutup, menggantikan wali Syeh Siti Jenar selama 25 tahun. Maka tiap tiap tanggal 27 Ruwah ditetapkan sebagai hari Jodongan / Ruwahan, timbullah suatu kepercayaan dari masyarakat bahwa pada hari hari Jodongan / Ruwahan semua penduduk membuat hidangan / kenduri yang ditempatkan pada Jodang untuk dibawa bersama sama naik ke Makam Kyai Ageng Pandanaran dengan diiringi Reyog atau Rodad. Para penduduk berkumpul di Gapura pertama yang tercantum sengkalan Murti Sariro Jlengging Ratu (berarti tahun berdirinya Gaura 1488).
Setelah perlengkapan lengkap mulailah para wanita nyunggi tenong dan para pria memikul Jodang diiringi dengan Reyog / Rodad berjalan perlahan lahan menuju ke gapura kedua yang bernama Segoro Muncar yang disebelah kanan gapura terdapat langgar sedang disebelah kirinya terdapat sebuah bangunan yang disebut Balai Rante. Iring iringan berhenti sejenak, Reyog / Rodad berhenti di Balai Rante untuk terus mengadakan pertunjukan, sedang pembawa Jodang terus menaiki dengan undak undakan. Tangga batu berakhir pada sebuah Masjid yang terletak pada ujung depan komplek makam, di belakang Masjid terdapat bangsal pria yaitu Bangsal Jawi. Setelah melewati gapura Pangrantunan sampai pada bangsal wanita yaitu Bangsal Jero. Dengan melalui tiga gapura lagi yaitu Pangemut, Pamuncar, dan Bale Kencur sampailah pada pendopo Praboyekso.
Disinilah para pembawa Jodang berhenti untuk mengadakan upacara selamatan dengan membaca Tahlil dan Doa. Setelah upacara selesai para sesepuh / orang terkemuka menaiki tangga batu yang di kiri kanannya terdapat sepasang Gentong Sinogo dan setelah melalui gapura terakhir sampailah pada Gedong Intan tempat dimana Sunan Tembayat dimakamkan dengan kedua istri beliau.
Para sesepuh dan pemuka agama dan orang orang terkemuka mengadakan upacara penggantian Singep yang didahului upacara nyekar. Setelah upacara penggantian singep ini, upacara tradisional Jodongan / Ruwahan dianggap telah selesai dan diteruskan kembul bersama, hidangan dibagi bagikan pada semua yang datang dan sebagian dibawa turun untuk pemain reyog / rodad.
Upacara Jodongan / Ruwahan ini berjalan tiap tiap tahun setelah sholat Jumat dan satu minggu sebelum hari pelaksanaan diadakan upacara membersihkan makam yang berada di komplek makam Sunan Tembayat, satu minggu sebelum hari pelaksanaan tempat ini sudah ramai dikunjungi orang.
 
5. Upacara Tradisional Padusan,
Upacara tradisional padusan diadakan di obyek wisata Pemandian Jolotundo, Sumber Air Ingas, Ponggok, Lumban Tirto dan Tirto Mulyono sehari sebelum menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Kegiatan ini dihadiri beribu ribu pengunjung guna mensucikan diri sebelum menjalankan ibadah puasa. Menurut kepercayaan budaya kebiasaan atau tradisional orang jawa pada umumnya bagi yang menganut agama Islam mempunyai anggapan bahwa sebelum menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan perlu mensucikan diri, orang Jawa menyebutnya dengan padusan yaitu mandi di pemandian tersebut di atas agar puasanya dapat lancar, berjalan dengan baik sehingga banyak pengunjung yang datang ke obyek wisata pemandian tersebut. 
Upacara tradisional padusan dipusatkan di Obyek Mata air Cokro ( OMAC ), sehari sebelum menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan, kegiatan ini dihadiri beribu ribu pengunjung guna mensucikan diri sebelum menjalankan ibadah puasa. Menurut kepercayaan budaya kebiasaan atau tradisional orang jawa pada umumnya bagi yang menganut agama Islam mempunyai anggapan bahwa sebelum menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan perlu mensucikan diri, orang Jawa menyebutnya dengan padusan yaitu mandi di pemandian tersebut di atas agar puasanya dapat lancar, berjalan dengan baik sehingga banyak pengunjung yang datang ke obyek wisata pemandian tersebut.perayaan dibuka oleh Bupati Bapak H Sunarno SE MHum, acaranya antara lain Reog, orkes ndangdut dan juga memandikan Mas dan Mbak Klaten terpilih. Keduanya disiram menggunakan air yang bersumber dari Umbul Ingas oleh Bupati Klaten

OMAC


OBYEK MATA AIR COKRO ( OMAC )

Obyek Mata Air Cokro ( OMAC ) Jarak ± 17 km kearah utara dari kota Klaten Terletak Di Desa Cokro Kecamatan Tulung.memiliki luas ± 15.000 m2 , merupakan salah satu obyek wisata favorit di Klaten. Kawasan wisata air ini selalu ramai karena lokasinya sejuk, bermata air jernih dan pemandangan alur sungai yang indah.

Kesejukan Obyek Wisata OMAC banyak dipengaruhi pepohonan besar yang dilestarikan oleh pengelola sumber mata air yang juga meng hidupi warga Kota Surakarta, Selain tempatnya yang nyaman ka rena dikelilingi puluhan pohon raksasa yang menjulang tinggi , mata airnya terus meng alir memenuhi tempat permandian. Be nar-benar jernih dan menyegarkan

OMAC ini dapat dicapai melalui :

- Klaten – Karanganom – Tulung – OMAC

- Delanggu – Polanharjo – OMAC

- Klaten – Jatinom – Tulung – OMAC atau

- Banyudono – Boyolali – Tulung – OMAC

Terbentang dipinggiran kali busur yang mengalir dari utara ke selatan, sehingga pengunjung yang akan memasuki obyek wisata ini harus melalui jembatan gantung sepanjang 25 meter dengan ketinggian 10 meter .Saat dilalui jembatan tersebut bergoyang. Apalagi jika lebih dari 10 orang, goyangannya makin kencang, membuat adrenalin sedikit terpacu. Di bawah jembatan memang mengalir sungai dari mata air Umbul Ingas. Bahkan banyak pengunjung yang memilih mandi di aliran sungai ini ( jembatan gantung ) ini merupakan daya tarik sendiri dari obyek obyek wisata yang lain.

Obyek Mata Air Cokro ( OMAC ) dengan panorama alamnya yang sejuk dan indah, dan juga disini ada kolam renang, warung warung untuk santai serta lahan untuk tempat peristirahatan yang teduh di bawah rindangnya pepohonan yang besar dan kicauan burung. Obyek wisata ini sangat ramai apabila menjelang bulan puasa tiba banyak pengunjung yang padusan di obyek ini dengan kepercayaan bahwa puasanya akan dapat lancer tanpa halangan suatu apapun harinya yaitu (H -2). Dari prasarana yang ada Luas Kawasan 15.000 m2 Fungsi Sebagai tempat rekreasi, dan air dipergunakan untuk air minum Kraton Surakarta Hadiningrat

Yang sudah tersedia pengunjung adalah water boom dan ­ Flying fox(meluncur dari ketinggian diatas water sliding), Water Sliding ( meluncur kedalam air dan mengikuti arus air ) .sejak penambahan water boom serta ­ Flying fox, makin banyak pengunjung yang datang setiap harinya. Khususnya jika akhir pekan, Sabtu dan Minggu

Jembatan gantung sepanjang 25 meter dengan ketinggian 10 meter

Patung air mancur yang terletak di area parkir dekat loket

Tower papan luncur OMAC

Kolam renang OMAC